DAKWAH APOLOGET ISLAM

AMAR MA'RUF NAHI MUNGKAR

Selasa, 24 Desember 2024

SIROH NABI MUHAMMAD S.A.W

 SIROH NABAWIYYAH

(KARANGAN DR. SYAKH MUHAMMAD SA'ID ROMADLON AL-BUTHI)

BAGIAN 1

MUQODDIMAH

Pentingnya Siroh Nabawiyyah Untuk Memahami Islam

Tujuan mengkaji Siroh Nabawiyyah bukan sekedar untuk mengetahui peristiwa-peristiwa sejarah yang mengungkapkan kisah-kisah dan kasus yang menarik. karena itu, tidak sepatutnya kita menganggap kajian fiqih Siroh Nabawiyyah termasuk sejarah, sebagaimana kajian tentang sejarah hidup salah seorang Kholifah, atau sesuatu periode sejarah yang telah silam.

Tujuan mengkaji Siroh Nabawiyyah adalah agar setiap Muslim memperoleh gambaran tentang haqiqot Islam secara paripurna, yang tercermin di dalam kehidupan Nabi Muhammad S.A.W, sesudah ia pahami secara konseptional sebagai prinsip, kaidah dan hukum. Kajian Siroh Nabawiyyah hanya merupakan upaya aplikatif yang bertujuan memperjelas haqiqot Islam secara utuh dalam keteladanannya yang tertinggi, Muhammad S.A.W.

Bila kita rinci, maka dapat di batasi dalam beberapa sasaran berikut ini:

1. Memahami pribadi kenabian Rosulullah S.A.W melalu celah-celah kehidupan dan kondisi-kondisi yang pernah di hadapinya, untuk menegaskan bahwa Rosulullah S.A.W bukan hanya seorang yang terkenal genial di antara kaumnya, tetapi sebelum itu beliau adalah seorang Rosul yang di dukung oleh Allah S.W.T dengan wahyu dan taufiq dari-NYA.

2. Agar menusia mendapatkan gambaran Al-Matsalul A'la (type ideal) menyangkut seluruh aspek kehidupan yang utama untuk di jadikan undang-undang dan pedoman kehidupan. Tidak di ragukan lagi betapapun manusia mencari Matsalul A'la (type ideal) mengenai salah satu aspek kehidupan, dia pasti akan mendapatkan di dalam kehidupan Rosulullah S.A.W secara jelas dan sempurna. Karena itu Allah S.W.T menjadikan qudwah  bagi seluruh manusia. Firman Allah S.W.T dalam Al-Qur'anul Karim Surat Al-Ahzab ayat 21:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًاۗ

Sungguh, telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.

3. Agar manusia mendapatkan dalam mengkaji Siroh Nabawiyyah ini sesuatu yang dapat membawanya untuk memahami kitab Allah S.W.T dan semangat tujuanya. Sebab, banyak ayat-ayat Al-Qur'an yang baru bisa di tafsirkan dan di jelaskan maksudnya melalui peristiwa-peristiwa yang pernah di hadapai Rosulullah S.A.W dan di sikapinya.
4. Melalui kajian Siroh Rosulullah S.A.W ini seorang muslim dapat mengumpulkansekian banyak tsaqofah dan pengetahuan Islam yang benar, baik menyangkut aqidah, hukum ataupun akhlaq. Sebab tak di ragukan lagi bahwa kehidupan Rosulullah S.A.W merupakan gambaran yang konkrit dari sejumlah prinsip dan hukum Islam.
5. Agar setiap pembina dan da'i Islam memiliki contoh hidup menyangkut cara-cara peinaan dan dakwah. Adalah Rosulullah S.A.W seorang da'i pemberi nasihat dan pembina yang baik, yang tidak segan-segan mencari cara-cara pembinaan yang pendidikan terbaik selama beberapa periode dakwahnya.
Di antara hal itu terpenting yang menjadikan Siroh Rosulullah S.A.W cukup untuk memenuhi semua sasaran ini adalah bahwa seluruh kehidupan beliau mencakup seluruh aspek sosial dan kemanusiaan yang ada pada manusia, baik sebagai pribadi ataupun sebagai anggota masyarakat yang aktif.
kehidupan Rosulullah S.A.W memberikan kepada kita contoh-contoh mulia, baik sebagai pemuda Islam yang lurus prilakunya dan terpercaya di antara kaum dan juga kerabatnya, ataupun sebagai da'i kepada Allah S.W.T dengan hikmah dan nasihat yang baik, yang mengerahkan segala kemampuan untuk menyampaikan risalahnya. Juga sebagai kepala negara yang mengatur segala urusan dengan cerdas dan bijaksana, sebagai suami teladan dan seorang ayah yang penuh kasih sayang, sebagai panglima perang yang mahir, sebagai negarawan yang pandai dan jujur, dan sebagai Muslim secara keseluruhan (kaaffah) yang dapat melakukan secara imbang antara kewajiban beriadah kepada Allah S.W.T dan bergaul dengan keluarga dan sahabatnya dengan baik.
Maka kajian Siroh Nabawiyyah tidak lain hanya menampakkan aspek-aspek kemanusiaan ini secara keseluruhan yang tercermin dalam suri tauladan yang paling sempurna dan terbaik.
Sumber-Sumber Siroh Nabawiyyah
Secara umum dapat di sebutkan di sini bahwa sumber-sumber dan rujukan Siroh Nabawiyyah ada tiga, yaitu: Kitab Allah S.W.T, Sunnah Nabawiyyah yang shohih, dan kitab-kitab siroh.
Pertama : Kitab Allah S.W.T
Kitab Allah S.W.T merupakan rujukan pertama untuk memahami sifat-sifat umum Rosulullah S.A.W dan mengenal tahapan-tahapan umum dari Sirohnya yang mulia ini. Ia mengemukakan Siroh Nabawiyyah dengan menggunakan salah satu dari dua uslub:
-Pertama : Mengemukakan sebagai kejadia dari kehidupan dan Sirohnya, seperti ayat-ayat yang menjelaskan tentang perang Badar, Uhud, Khondaq, dan Hunain, serta ayat-ayat yang mengisahkan perkawinan dengan Zaenab Binti Jahsyi.
Perang Badar : 
1.  Al-Qur'anul Karim surat Ali 'Imron ayat 123
وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ بِبَدْرٍ وَّاَنْتُمْ اَذِلَّةٌ ۚ فَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Dan sungguh, Allah telah menolong kamu dalam perang Badar, padahal kamu dalam keadaan lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, agar kamu mensyukuri-Nya.
2. Al-Qur'anul Karim surat Al-Anfal ayat 9
اِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ اَنِّيْ مُمِدُّكُمْ بِاَلْفٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُرْدِفِيْنَ
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, “Sungguh, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.”
2. Al-Qur'anul Karim surat Al-Anfal ayat 12
اِذْ يُوْحِيْ رَبُّكَ اِلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ اَنِّيْ مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْاۗ سَاُلْقِيْ فِيْ قُلُوْبِ الَّذِيْنَ كَفَرُوا الرُّعْبَ فَاضْرِبُوْا فَوْقَ الْاَعْنَاقِ وَاضْرِبُوْا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍۗ
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman.” Kelak akan Aku berikan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka pukullah di atas leher mereka dan pukullah tiap-tiap ujung jari mereka.
Perang Uhud : 
1.  Al-Qur'anul Karim surat Ali 'Imron ayat 121
وَاِذْ غَدَوْتَ مِنْ اَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِيْنَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ ۗ وَاللهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌۙ
Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berangkat pada pagi hari meninggalkan keluargamu untuk mengatur orang-orang beriman pada pos-pos pertempuran. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
2.  Al-Qur'anul Karim surat Ali 'Imron ayat 140
اِنْ يَّمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهٗ ۗوَتِلْكَ الْاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِۚ وَلِيَعْلَمَ اللهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاۤءَ ۗوَاللهُ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَۙ
Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim,
3.  Al-Qur'anul Karim surat Ali 'Imron ayat 141
وَلِيُمَحِّصَ اللهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَيَمْحَقَ الْكٰفِرِيْنَ
dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang kafir.
4.  Al-Qur'anul Karim surat Ali 'Imron ayat 166
وَمَآ اَصَابَكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعٰنِ فَبِاِذْنِ اللهِ وَلِيَعْلَمَ الْمُؤْمِنِيْنَۙ
Dan apa yang menimpa kamu ketika terjadi pertemuan (pertempuran) antara dua pasukan itu adalah dengan izin Allah, dan agar Allah menguji siapa orang (yang benar-benar) beriman.
5.  Al-Qur'anul Karim surat Ali 'Imron ayat 167
وَلِيَعْلَمَ الَّذِيْنَ نَافَقُوْا ۖوَقِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا قَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ اَوِ ادْفَعُوْا ۗ قَالُوْا لَوْ نَعْلَمُ قِتَالًا لَّاتَّبَعْنٰكُمْ ۗ هُمْ لِلْكُفْرِ يَوْمَىِٕذٍ اَقْرَبُ مِنْهُمْ لِلْاِيْمَانِ ۚ يَقُوْلُوْنَ بِاَفْوَاهِهِمْ مَّا لَيْسَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ ۗ وَاللهُ اَعْلَمُ بِمَا يَكْتُمُوْنَۚ
Dan untuk menguji orang-orang yang munafik, kepada mereka dikatakan, “Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu).” Mereka berkata, “Sekiranya kami mengetahui (bagaimana cara) berperang, tentulah kami mengikuti kamu.” Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak sesuai dengan isi hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.
6.  Al-Qur'anul Karim surat Al-Anfal ayat 36
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللهِ ۗفَسَيُنْفِقُوْنَهَا ثُمَّ تَكُوْنُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُوْنَ ەۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِلٰى جَهَنَّمَ يُحْشَرُوْنَۙ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menginfakkan harta mereka untuk menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan (terus) menginfakkan harta itu, kemudian mereka akan menyesal sendiri, dan akhirnya mereka akan dikalahkan. Ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang kafir itu akan dikumpulkan,
Perang Khondaq : 
1.  Al-Qur'anul Karim surat Al-Ahzab ayat 9
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ اِذْ جَاۤءَتْكُمْ جُنُوْدٌ فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيْحًا وَّجُنُوْدًا لَّمْ تَرَوْهَا ۗوَكَانَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرًاۚ
Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika bala tentara datang kepadamu, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan bala tentara yang tidak dapat terlihat olehmu. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Perang Hunain : 
1.  Al-Qur'anul Karim surat At-Taubah ayat 25-26
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللهُ فِيْ مَوَاطِنَ كَثِيْرَةٍۙ وَّيَوْمَ حُنَيْنٍۙ اِذْ اَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْـًٔا وَّضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْاَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُّدْبِرِيْنَۚ
Sungguh, Allah telah menolong kamu (mukminin) di banyak medan perang, dan (ingatlah) Perang Hunain, ketika jumlahmu yang besar itu membanggakan kamu, tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak berguna bagimu, dan bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kamu berbalik ke belakang dan lari tunggang-langgang.
ثُمَّ اَنْزَلَ اللهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَعَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ وَاَنْزَلَ جُنُوْدًا لَّمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ وَذٰلِكَ جَزَاۤءُ الْكٰفِرِيْنَ
Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Dia menurunkan bala tentara (para malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menimpakan azab kepada orang-orang kafir. Itulah balasan bagi orang-orang kafir.
Tentang Zaenab Binti Zahsyi : 
1.  Al-Qur'anul Karim surat Al-Ahzab ayat 37-38
وَاِذْ تَقُوْلُ لِلَّذِيْٓ اَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِ وَاَنْعَمْتَ عَلَيْهِ اَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَاتَّقِ اللهَ وَتُخْفِيْ فِيْ نَفْسِكَ مَا اللهُ مُبْدِيْهِ وَتَخْشَى النَّاسَۚ وَاللهُ اَحَقُّ اَنْ تَخْشٰىهُ ۗ فَلَمَّا قَضٰى زَيْدٌ مِّنْهَا وَطَرًاۗ زَوَّجْنٰكَهَا لِكَيْ لَا يَكُوْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ حَرَجٌ فِيْٓ اَزْوَاجِ اَدْعِيَاۤىِٕهِمْ اِذَا قَضَوْا مِنْهُنَّ وَطَرًاۗ وَكَانَ اَمْرُ اللهِ مَفْعُوْلًا
Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berkata kepada orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dan engkau (juga) telah memberi nikmat kepadanya, “Pertahankanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah,” sedang engkau menyembunyikan di dalam hatimu apa yang akan dinyatakan oleh Allah, dan engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak engkau takuti. Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab) agar tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya terhadap istrinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi.
مَا كَانَ عَلَى النَّبِيِّ مِنْ حَرَجٍ فِيْمَا فَرَضَ اللهُ لَهٗ ۗسُنَّةَ اللهِ فِى الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ ۗوَكَانَ اَمْرُ اللهِ قَدَرًا مَّقْدُوْرًاۙ
Tidak ada keberatan apa pun pada Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah Allah pada nabi-nabi yang telah terdahulu. Dan ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku,
-Kedua : Mengomentari kasus-kasus dan peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk menjawab masalah-masalah yang timbul atau mengungkapkan masalah yang belum jelas, atau untuk menarik perhatian kaum Muslim kepada pelajaran dan nasihat yang terkandung di dalamnya. Semua itu berkaitan dengan salah satu aspek dari Sirahnya atau permasalahanya. Dengan demikian telah menjelaskan banyak hal mulia dari kehidupan berbagai perkara serta perbuatanya.
Tetapi pembicaraan Al-Qur'an tentang kesemuanya itu hanya di sampaikan secara terputus-putus. Betapapun beragamnya uslub Al-Qur'an dalam menjelaskan seri Sirohnya tetapi lebih hanya sekedar penjelasan secara umum dan penyakinan secara global dan sekilas kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu.
Kedua : Sunnah Nabawiyyah Yang Shohih
Yakni apa yang terkandung di dalam kitab-kitab para imam hadits yang terkenal jujur dan amanah. Seperti kitab-kitab enam, Muwatho Imam Malik, dan Musnad Imam Ahmad.Sumber kedua ini lebih luas dan rinci. Hanya saja belum tersusun secara urut dan sistematis dalam memberikan gambaran kehidupan Rosulullah S.A.W sejak lahir hingga wafat. Hal ini di sebabkan oleh dua hal:
-Pertama : Sebagian besae kitab-kitab ini di susun hadits-haditsnya berdasarkan bab-bab fiqih atau sesuai dengan satuan pembahasan yang berkaitan dengan syari'at Islam. Oleh karena itu hadits-hadits yang berkaitan dengan Sirohnya yang menjelaskan bagian dari kehidupannya terdapat pada berbagai tempat di antara semua bab yang ada.
-Kedua : Para Imam hadits, khushushnya penghimpun Al-Kutub As-Sittah, ketika mengumpulkan hadits-hadits Rosululah S.A.W tidak mencatat riwayat Sirohnya secara terpisah, tetapi hanya mencatat dalil-dalil syari'ah secara umum yang di perlukan.
Di antara keistimewaan sumber kedua ini ialah bahwa sebagian besar isinya di riwayatkan dengan sanad shohih yang bersambung kepada Rosulullah S.A.W, atau kepada para sahabat yang merupakan sumber khobar manqul, kendatipun anda temukan pula beberapa riwayat dho'if yang tidak bisa di jadikan hujjah.
Ketiga : Kitab-Kitab Siroh
Kajian-kajian kitab siroh di masa lalu di ambil dari riwayat-riwayat pada masa sahabat yang di sampaikan secara turun-temurun tanpa ada yang memperhatikan untuk menyusun atau menghimpunnya dalam suatu kitab, kendatipun sudah ada beberapa orang yang memperhatikan secara khushush Siroh Nabi S.A.W dengan rincian-rinciannya.
Baru pada generasi Tabi'in Siroh Rosulullah S.A.W di terima dengan penuh perhatian dengan banyaknya di antara mereka yang mulai menyusun data tentang Siroh Nabawiyyah yang di dapatkan dari lembaran-lembaran kertas. Di antara mereka ialah : Urwah Bin Zubair yang meninggal pada tahun 92 Hijriyyah, Aban Bin Utsman (105), Syurahbil Bin Sa'ad (123), Wahab Bin Munabbih (110) dan Ibnu Syaihab Az-Zauhri (wafat tahun 124 H).
Akan tetapi semua yang pernah mereka tulis sudah lenyap, tidak ada yang tersisa kecuali beberapa bagian yang sempat di riwayatkan oleh Imam Ath-Thobari. Ada yang mengatakan bahwa sebagian tulisan Wahab Bin Munabbih sampai sekarang masih tersimpan di Heiddelberg, Jerman.
Kemudian muncul generasi penyusun Siroh berikutnya. Tokoh generasi ini ialah Muhammad Ishhaq (152). Lalu di susun oleh generasi sesudahnya dengan tokohnya Al-Waqidi (203) dan Muhammad Bin Sa'ad, penyusun kitab Ath-Thobari Al-Kubro (130).
Tetapi Al-hamdulillah, sesudah Muhammad Bin Ishaq muncul Abu Muhammad Abdul Malik yang terkenal dengan Abi Hisyam. Ia meriwayatkan Siroh tersebut dengan berbagai penyempurnaan, setelah abad sesudah penyusun kitab Ibnu Ishhaq tersebut.
Kitab Siroh Nabawiyyah yang di nisbatkan kepada Ibnu Hisyam yang sekarang in hanya merupakan duplikat dari Maghozinnya Ibnu Ishhaq.
Ibnu Kholikan berkata : Ibnu Hisyam adalah orang yang menghimpun Siroh Rosulullah S.A.W dari Maghozzi dan As-Siyar karangan Ibnu Ishhaq. Ia telah menyempurnakan dan meringkasnya. Kitan inilah yang sekarang dan yang terkenal dengan Siroh Ibnu Hisyam.
Selanjutnya, lahirlah kitab-kitab Siroh Nabawiyyah. Sebagianya menyajikan secara menyuluruh, tetapi ada pula yang memperhatikan segi-segi tertentu, sseperti Al-Asfahani di dalam kitabnya Dala'il An-Nubuwwah, Tirmidzi di dalam kitabnya Asy-Syama'il dan Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah di dalam kitabnya Zad Al-Ma'ad.
Rahasia Di Pilihnya Jaziroh 'Arobiyyah Sebagai Tempat Kelahiran Dan Pertumbuhan Islam
Sebelum membahas Siroh Rosulullah S.A.W dan berbicara tentang jaziroh 'Arobiyyah, tempat yang di pilih Allah sebagai tempat kelahiran dan pertumbuhannya, terlebih dahulu kita harus menjelaskan hikmah Ilahiyyah yang menentukan bi'tsah Rosulullah S.A.W di bagian dunia ini dan pertumbuhan dakwah Islam di tangan bangsa 'Arob sebelum bangsa lainya.
Untuk menjelaskan hal ini, pertama kita harus mengetahui karakteristik bangsa 'Arob dan tabi'at mereka sebelum Islam, juga menggambarkan letak geografi tempat mereka hidup dan posisinya di antara negara-negara di sekitarnya. Sebaliknya kita juga harus menggambarkan kondisi peradaban dan kebudayaan ummat-ummat lain pada waktu itu, seperti Persia, Romawi, Yunani, dan India.
Kita mulai pertama, menyajikan di sekitar jaziroh 'Arob sebelum Islam.
Pada waktu itu dunia dikuasai oleh dua negara adidaya yaitu Persia dan Romawi, kemudian menyusul India dan Yunani.
Persia adalah ladang subur berbagai khayalan (khurofat) keagamaan dan filosofi yang saling bertentangan. Di antaranya adalah Zoroaster yang di anut oleh kaum penguasa. Di antara falsafah adalah mengutamakan perkawinan seseorang dengan ibunya, anak perempuannya atau saudaranya. Sehinggga Yazdasir 2 yang memerintah pada pertengahan abad kelima Masehi mengawini anak perempuannya. Belum lagi penyimpangan-penyimpangan akhlaq yang beraneka ragam sehingga tidak bisa di sebutkan di sini.
Di Persia juga terdapat ajaran Mazdakia, yang menurut Imam Syahrustani, di dasarkan filsafat lain, yaitu menghalalkan wanita, membolehkan harta dan menjadikan manusia sebagai serikat seperti perserikatan mereka dalam asalah air, api dan rumput. Ajaran ini memperoleh sabutan luas dari kaum pengumbar hawa nafsu.
Sedangkan Romawi telah di kuasai sepenuhnya oleh semengat kolonialisme. Negri ini terlibat pertentangan agama, antara Romawi di satu pihak dan Nasroni di pihak lain. Negri ini mengandalkan kekuatan militer dan abisi kolonialnya dalam melakukan pertualangan (niat) demi mengembangkan agma kristen dan mempermainan sesuai dengan keinginan hawa nafsunya yang serakah.

0 comments:

Posting Komentar