DAKWAH APOLOGET ISLAM

AMAR MA'RUF NAHI MUNGKAR

Minggu, 29 Desember 2024

MENJAWAB SYUBHAT SURAT AL-FATH AYAT 2

 

MENJAWAB SYUBHAT SURAT AL-FATH AYAT 2

(MADANIWAH, DUA PULUH SEMBIIAN AYAT )

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ

Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.

لِّيَغْفِرَ لَكَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًاۙ

Agar Allah memberikan ampunan kepadamu (Muhammad) atas dosamu yang lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan menunjukimu ke jalan yang lurus,

وَّيَنْصُرَكَ اللهُ نَصْرًا عَزِيْزًا

dan agar Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak).

{ إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ } قَضَيْنَا بِفَتْحِ مَكَّةَ وَغَيْرِهَا فِي الْمُسْتَقْبِلِ عِنْوَةً بِجِهَادِكَ { فَتْحًا مُّبِيْنًا } بَيِّنًا ظَاهِرًا
 
1. (Sesungguhnya Kami telah memberikan kemenangan kepadamu) maksudnya Kami telah memastikan kemenangan bagimu atas kota Mekah dan kota-kota lainnya di masa mendatang secara paksa melalui jihadmu (yaitu kemenangan yang nyata) artinya, kemenangan yang jelas dan nyata.
 
{ لِيَغْفِرَ لَكَ اللهُ } بِجِهَادِكَ { مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ } مِنْهُ لِتَرْغَبَ أُمَّتُكَ فِي الْجِهَادِ وَهُوَ مُؤَوَّلٌ لِعِصْمَةِ اْلأَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ بِالدَّلِيْلِ الْعَقْلِيِّ الْقَاطِعِ مِنَ الذُّنُوْبِ وَاللَّامُ لِلْعِلَّةِ الْغَائِبَةِ فَمَدْخُوْلُهَا مُسَبَّبٌ لاَ سَبَبَ { وَيُتِمَّ } بِالْفَتْحِ اْلمَذْكُوْرِ { نِعْمَتَهُ } إِنْعَامِهِ { عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ } بِهِ { صِرَاطًا } طَرِيْقًا { مُسْتَقِيْمًا } يُثَبِّتُكَ عَلَيْهِ وَهُوَ دِيْنُ اْلإِسْلَامِ
 
2. (Supaya Allah memberi ampunan kepadamu) berkat jihadmu itu (terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang) supaya umatmu mau berjihad karena akan mendapat ampunan seperti kamu. Pengertian ayat ini mengandung penakwilan, mengingat para nabi maksum dari segala perbuatan dosa yang hal ini telah ditetapkan berdasarkan dalil aqli dan naqli. Dengan demikian maka huruf Lam pada permulaan ayat ini menunjukkan makna Illatul Ghooibah dan lafal yang dimasukinya merupakan Musabbab bukan Sebab (serta menyempurnakan) melalui kemenangan tersebut (nikmat-Nya) pemberian nikmat-Nya (atasmu dan memimpin kamu) melalui kemenangan itu (kepada jalan) yakni tuntunan (yang lurus) artinya Allah memantapkan kamu pada agama Islam.
 
{ وَيَنْصُرَك الله } بِهِ { نَصْرًا عَزِيْزًا } ذَا عَزَّ لاَ ذَلَّ مَعَهُ
 
3. (Dan supaya Allah menolongmu) melalui agama Islam itu (dengan pertolongan yang mulia) tidak pernah hina atau pertolongan yang kuat dan tidak dapat dikalahkan.
Qiroo'at
صِرَاطًا Qunbul membaca سِرَاطًا
Kema’shuman adalah terjemah dari kata ‘ish-mah dalam bahasa Arab, berasal dari kata ‘ashoma (عَصَمَ)Imam Ibnu Qutaibah rohimahullah berkata, “’Ashama (عَصَمَ) artinya mana’a, darinya muncul kata ‘ish-mah (اَلْعِصْمَةُ) dalam agama, yaitu: terjaga dari kemaksiatan.
Menurut Ahlus Sunnah wal Jamâ’ah, kema’shûman adalah sifat para Nabi, yaitu mereka semua terjaga dari kesalahan dalam menyampaikan agama. Mereka juga terjaga dari dosa-dosa besar. Adapun dosa-dosa kecil, atau lupa, atau keliru, maka para Nabi terkadang mengalaminya. Dan jika mereka berbuat kesalahan, maka Allah Ta’ala segera meluruskannya.
HR. Ibnu Majah, dari Anas bin Malik Rodliyallahu anhu yang dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Al-Misykah dan Shohih Sunan Ibni Majah Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Setiap anak Adam banyak melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang banyak melakukan kesalahan adalah mereka yang banyak bertaubat.
HR. Tirmidzi yangdishohihkan oleh Al-Albani
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قَالَ : إِنَّ اللَّهَ لاَ يَجْمَعُ أُمَّتِى – أَوْ قَالَ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ – – عَلَى ضَلاَلَةٍ
Dari Ibnu Umar, bahwa Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan umatku –atau umat Muhammad- di atas kesesatan”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah berkata, “Ahlus Sunnah tidak menjadikan perkataan seseorang dari mereka ini (yakni para Ulama seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, dan lainnya-pen) ma’shum (terjaga dari kesalahan) yang wajib diikuti. Bahkan jika mereka berbeda pendapat tentang sesuatu, mereka mengembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Al-Qur'anul Karim surat An-Nisa'(4) ayat65
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.
Al-Qur'anul Karim surat Al-Ahzab(33) ayat 36
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allâh dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allâh dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.
Al-Qur'anul Karim surat Al-Qolam(68) ayat 3
وَاِنَّ لَكَ لَاَجْرًا غَيْرَ مَمْنُوْنٍۚ
Dan sesungguhnya engkau pasti mendapat pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.
Al-Qur'anul Karim surat Al-Qolam(68) ayat 4
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.
Al-Qur'anul Karim surat Al-Anbiyya(21) ayat 107
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.
I'roob
لِّيَغْفِرَ لَكَ اللّٰهُ Hurur lam pada لِّيَغْفِرَ berta'alluq kepada  ltu adalah لام كي dan termasuk huruf jarr yang bisa masuk kepada fi'il, karena keberadaan yang dikira-kirakan keberadaannya yang terletak setelah لام. Oleh karena itu, fi'il yang terletak setelahnya dibaca manshuub. Susunan antara fi'il dan اَنْ diasumsikan sebagai isim, oleh karenanya لام جر pada haqiqotnya tidak masuk kecuali kepada isim.
وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًاۙ Susunan kalimat ini pada asalnya adalah وَيَهْدِيَكَ اِلَّا صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ lalu ketika jarr ilang dibuang وَيَهْدِيَكَ tersambung dengan صِرَاطًا yang dibaca manshuub. Dalam Al-Fiyyah Ibnu Malik di jelaskan:

حُرُوفُ الْجَرِّ
هَاكَ حُرُوْفَ الْجَرِّوَهْيَ مِنْ إلَى (#) حَتَّى خَلاَحَاشَاعَدَافِي عَنْ عَلَى
مُذْمُنْذُرُبَّ الَّلامُ كَيْ وَاوٌوَتَا (#) وَالْكَافُ وَالْبَاوَلَعَلَّ وَمَتَى
بِالْظَّاهِرِاخْصُصْ مُنْذُمُذْوَحَتَّى (#) وَالْكَافَ وَالْوَاوَوَرُبَّ وَالْتَّا
وَاخْصُصْ بِمُذْوَمُنْذُوَقْتَاًوَبِرُبّ (#) مُنَكَّرَاوَالْتَّاءُللَّهِ وَرَبّ
وَمَارَوَوْامِنْ نَحْوِرُبَّهُ فَتَى (#) نَزْرٌكَذَاكَهَاوَنَحْوُهُ أَتَى
بَعِّضْ وَبَيِّنْ وَابْتَدِىءْفِي الأَمْكِنَهْ (#) بِمِنْ وَقَدْتَأْتِي لِبَدْءِالأَزْمِنَهْ
وَزِيْدَفِي نَفْي وَشِبْهِهِ فَجَرّ (#) نَكِرَةًكَمَالِبَاغٍ مِنْ مَفَرّ
لِلانْتِهَاحَتَّى وَلاَمٌ وَإِلَى (#) وَمِنْ وَبَاءٌيُفْهِمَانِ بَدَلاَ
وَالَّلامُ لِلْمِلْكِ وَشِبْهِهِ وَفِي (#) تَعْدِيَةٍأَيْضَاًوَتَعْلِيْلٍ قُفِي
وَزِيْدَوَالْظَّرْفِيَّةَاسْتَبِنْ بِبَا (#) وَفِي وَقَدْيُبَيِّنَانِ الْسَّبَبَا
بِالْبَااسْتَعِنْ وَعَدِّعَوِّضْ أَلْصِقِ (#) وَمِثْلَ مَعْ وَمِنْ وَعَنْ بِهَاانْطِقِ
عَلَى لِلاسْتِعْلاَوَمَعْنَى فِي وَعَنْ (#) بِعَنْ تَجَاوُزَاًعَنَى مَنْ قَدْفَطَنْ
وَقَدْتَجِي مَوْضِعَ بَعْدٍوَعَلَى (#) كَمَاعَلَى مَوْضِعَ عَنْ قَدْجُعِلاَ
شَبِّهْ بِكَافٍ وَبِهَاالْتَّعْلِيْلُ قَدْ (#) يُعْنَى وَزَائِدَاًلِتَوْكِيْدٍوَرَدْ
وَاسْتُعْمِلَ اسْمَاًوَكَذَاعَنْ وَعَلَى (#) مِنْ أَجْلِ ذَاعَلَيْهِمَامِنْ دَخَلاَ
وَمُذْوَمُنْذُاسْمَانِ حَيْثُ رَفَعَا (#) أَوْأُولِيَاالْفِعْلَ كَجِئْتُ مُذْدَعَا
وَإِنْ يَجُرَّافِي مُضِيٍّ فَكَمِنْ (#) هُمَاوَفِي الْحُضُوْرِمَعْنَى فِي اسْتَبِنْ
وَبَعْدَمِنْ وعَنْ وَبَاءٍزِيْدَمَا (#) فَلَمْ تَعُقْ عَنْ عَمَلٍ قَدْعُلِمَا
ْوَزِيْدَبَعْدَرُبَ وَالْكَافِ فَكَفْ (#) وَقَدْتَلِيْهِمَاوَجَرٌّلَمْ يُكَف
وَحُذِفَتْ رُبَّ فَجَرَّتْ بَعْدَبَلْ (#) وَالْفَاوَبَعْدَالْوَاوِشَاعَ ذَاالْعَمَلْ
وَقَدْيُجَرُّبِسِوَى رُبَّ لَدَى (#) حَذْفٍ وَبَعْضُهُ يُرَى مُطَّرِدَا
Balaaghoh
B. Balaghoh (البالغة)
Pengertian Balaghoh.
ِاَلْبَالَغَةُ فِي مَفْهُوْمِهَا الَلُّغَوِىُ اِنْتِهَاءُ الشَيْئِ اِلَى غَايَتِهِ الْمَطْلُوْبَة.
ُوَأَمَّا الْبَالَغَةُ اِصْطِلَاحًا: تَكُوْنُ وَصْفًا لِلْكَلاَمِ وَالْمُتَكَلِّمِ وَالْكَلَام
ُاْلبَلِيْغُ هُوَاْلوَضْعُ اْلمَعْنَى. اَلْفَصِيْحُ اْلعِبَارَةُ. اَلْمُلَائِمُ لِلْمَوْضِعِ الَّذِى يُطْلَق
َفِيْهِ وَاْلاَشْخَاصُ الَّذِيْنَ يُخَاطَبُوْن.
ٍوَبِالُّغَةِ اْلمُتَكَلِّمِ هِيَ: مُلْكَةٌ فِى النَّفْسِ يَقْتَدِرُ صَاحِبُهَا بِهَا عَلَى تَأْلِيْف
ِكَلَامٌ بَلِيْغٌ مُطَابِقٌ لِمُقْتَضْى اْلحَالِ مَعَ فُصَاحَتِهِ فِى أَيِّ مَعْنَى قَصْدِه.
Pengertian Balaghoh menurut Bahasa adalah sampainya sesorang kepada tujuan yang hendak dicapainya .
Balaghoh menurut Istilah ada dua macam:
1. Balaghoh Kalam.
2. Balaghoh Mutakallim.
Balaghoh kalam artinya ma’nanya jelas, ungkapannya fashih, sesuai tempat dan keadaan orang yang diajak bicara.
Contoh:
Berbicara dengan orang yang cerdik singkat, tidak perlu penjelasan dan uraian. Berbicara dengan anak-anak tidak memakai kalimat yang sukar.
Mutakallim Balig yaitu bakat yang dimliki seseorang dan ia mampu menyusun kalam baliq sesuai dengan tuntutan keadaan , fasih menggunakan ma’na apa saja yang terlintas dalam pikirannya dan yang tergerak dalam dadanya.
Mutakallim juga mampu menggunakan kata-kata dalam segala bentuk, seperti memuji, meratap, mencela, bergembira, dan lain sebagainya sesuai dengan situasi.
Untuk menupuk bakat ini harus membiasakan penggunaan bahasa arab yang fasih dan benar serta menghafal kata-kata yang dianggap sulit.
Adapun perbedaan fashohah dengan Balaghoh adalah Fashohah hanya terbatas kepada lafadz, sedangkan Balaghoh mencakup Lafadz dan makna.
وَمَا تَاَخَّرَ dan مَا تَقَدَّمَ Terdapat Ath-Thibaaq antara keduanya.
ILMU BADI’
Dalam kitab Qowaid Al-Lughotul 'Arrobiyah dan juga Menurut Al-Hasyimi dalam kitab Jawahirul-Balaghoh :memberikan defenisi Ilmu Badi’ adalah :
عِلْمٌ يُعْرَفُ بِهِ وُجُوْهُ تَحْسِيْنِ اْلاَكَلَامِ اْلمُطَا بِقِ لِمُقْتَضَي اْلحَالِ وَهَذِهِ اْلوُجُوْهُ تَرْجِعُ اِلَى تَحْسِيْنِ اْلمَعْنَى وَيُسَمَّي بِا ْلحَسَنَا تِ اْلمَعْنَوِيَّةِ وَمَا يَرْجِعُ مِنْهَا اِلَي تَحْسِيْنِ اللَّفْظِ يُسَمَّي ِبِالْحَسَنَاتِ اللَّفْظِيَّة
Ilmu Badi’ adalah ilmu untuk mengetahui aspek-aspek keindahan sebuah kalimat yang sesuai dengan keadaaan,jika aspek-aspek keindahan itu berada pada makna,maka dinamakan dengan muhassinaat al-maknawiyah. Dan bila aspek keindahan itu ada pada lafadz, maka dinamakan dengan muhassinaatul-lafdhiyah’.
Tapi kalau Dalam kitab Jauharul Maknun karangan Imam Akhdhori
ilmu Badi' yaitu :
ِعِلْمٌ يُعْرَفُ بِهِ وُجُوْهُ تَحْسِيْنِ اْلكَلَامِ بَعْدَ رِعَايَةِ اْلمُطَابَقَةِ وَوُضُوْحِ الذَّلَالَة
Yaitu ilmu untuk mengetahui cara membentuk kalam yang baik sesudah memelihara muthobaqoh dan kejelasan dalalahnya.
ْعِلْمٌ بِهِ وُجُوْهُ تَحْسِيْنِ اْلكَلَامْ # تَعْرِفُ بَعْدَ رَعْيٍ سَابِقِ اْلعَوَام
ثُمَّ وُجُوْهُ حُسْنِهِ ضَرْبَانِ # بِحَسْبِ اْلاَلْفَاظِ وَاْلمَعَانِى
Ilmu untuk mengetahui cara-cara membentuk kalam yang baik sesudah memelihara tujuan yang lalu (muthobaqoh dan wuduhudz-dzalalah). Kemudian cara membentuk kalam yang baik itu ada dua macam, yaitu dengan memperhatikan lafadzh dan maknanya.
Ilmu Badi di bagi 2:
1. مُحَسَنَةالْلفظيَّة
2. مُحَسَنَةالْمَعْنوِيَّة
D. Muhassinat Al-Ma'nawiyah مُحَسَنَةالْمَعْنوِيَّة di bagi beberapa bagian:
1. Badi’ Tauriyah
2. Badi’ At-Tibaq
3. Badi’ Muqobalah
4. Badi’ Muroah An-Nadzir
5. Badi’ Al-Istikhdam
6. Badi’ Al-Jam’u
7. Badi’ At-Tafriq
8. Badi’ At-Taqsim
9. Badi’ Ta’kid Al-Madah
10.Badi’ Ta’kid Az-zam
11.Badi’ Husnu Ta’lil
12.Badi’ Tazahulul’ Arif
13.Badi’ Taujih
Ath-Thibaq yaitu :
اَلْجَمْعُ بَيْنَ لََفْظَيْنِ مُقَابَلَيْنِ فِى الْمَعْنَى وَبسمى بِالْمُطَابَقَةِوَبِالتِّضَادِ
Berhimpunnya dua kata dalam suatu kalimat yang masing-masing kata tersebut saling berlawanan dari segi maknanya

FAIDAH WAZAN TAFA”ALA َتَفَعَّل
Menambah huruf TA’ di awal kalimah dan mendobelkan 'Ain Fi’il

1. ٍلِمُطَاوَعَةِفِعْل-Li Muthowa’ah “Fa”ala” (sebagai Muthowa’ah dari fi’il wazan “Fa”ala) Muthowa’ah adalah peristiwa terjadi oleh sebab pekerjaan Fi’il Muta’addi, contoh:
كسرت الزجاج, فتكسر
aku memecahkan kaca, maka kaca menjadi pecah.
2. ِلِلتَّكَلُّف Lit-Takalluf (berdaya upaya dalam pekerjaan untuk menghasilkan), contoh:
تشجع زيد
Zaid memberanikan diri.
3. لِاِتِّخَادِاْلفَاعِلِ اَصْلَ اْلفِعْلِ مَفْعُوْلًا-Li ittikhoodil-faa’il ashlal-fi’li maf’uulan (menjadikan asal bentuk Fi’il sebagai Maf’ul), contoh:
تبنيت يوسف
aku mengambil Yusuf sebagai anak.
4. ِلِلدَّلَالَةِعَلَى مُجَانَبَةِالْفِعْل-Lid-dalaalati ‘alaa mujaanabatil-fi’li (untuk menunjukkan keengganan), contoh:
تذمم زيد
Zaid menghindari celaan.
5. ِلِلصَّيْرُوْرَة-Lish-Shoiruuroh (menjadi),contoh:
تأيمت المرأت
perempuan itu menjadi janda.
6. َلِلدَّلَالَةِعَلَى حُصُوْلِ اَصْلِ اْلفِعْلِ مَرَّةًبَعْدَاُخْر-Lid-dalaalati ‘alaa hushuuli ashlil-fi’li marrotan ba’da ukhroo (menunjukkan pekerjaan terjadi satu demi satu), contoh:
تجرع زيد
Zaid minum seteguk demi seteguk.
7. ِلِلطَّلَاب-Lith-Tholab (mengharap), contoh:
تعدجل الشيء
dia mengharap sesuatu dg segera
تبين الشيء
dia mengharap kejelasan sesuatu.

Nadhom Maksud

ِفَصْلٌ فِي أَبْوَابِ الثُّلَاثِي الْمَزِيْد
أَوَّلُـهَا الرُّبَـاعِ مِثْلُ أَكْرَمَــا (10) وَفَعَّـلَ وَ فَـاعَلاَ كَـخَاصَمَـــا
وَاخْصُصْ خُمَاسِيًّا بِذِي الأَوْزَانِ (11) فَـبَـدْؤُهَا كَـا نْكَـسَرَ وَ الثَّـانِي
اِفْـتَعَلَ اِفْـعَلَّ كَذَا تَفَــعَّلاَ (12) نَــحْوُ تَعَــلَّمَ وَزِدْ تَفَاعَـــلاَ
ثُمَّ السُّدَاسِيْ استَفْعَلاَ وَ افْعَوْعَـلاَ (13) وَافْعَــوَّلَ افْعَـنْلَى يَـلِيهِ افْعَنْلَـلاَ
وَافْعَالَ مَا قَدْ صَاحَبَ الَّلاَمَينِ (14) زَيْـدُ الرُّبَاعِـيِّ عَلَـى نَوْعَــيْنِ

ذِي سِتَّةٍ نَحْوُ افْعَلَلَّ افْعَنْلَـلاَ (15) ثُـمَّ الـخُـمَاسِيْ وَزْنُـهُ تَفَعْلَـلاَ
Mufrodaat Lughowiyyah
اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ kata اَلْفَتْحُ secara etimologi asalnya adalah اِزَالَةُالْاَغْلَاقِ  (melepaskan gembok). اَلْفَتْحُ dalam bab jihad berartinya keberhasilan menguasai suatu daerah secara paksa maupun damai, melalui perang atau yang lainnya. Sebab, daerah tersebut sebelumnya masih tertutup selagi belum dikuasai. Ketika daerah tersebut berhasil dikuasai dan berada dalam genggaman, daerah tersebut berarti telah dibuka. Maksud ayat ini, Kami telah memutuskan untukmu menaklukkan Mekah dan yang lainnya pada masa mendatang melalui jihad yang kamu lakukan dengan kemenangan yang nyata. Atau, itu adalah janji menaklukkan Mekah untuk beliau. Pengungkapan dengan fi'il maadhi di sini menunjukkan kepastian terjadinya hal itu sehingga seperti sesuatu yang telah nyata.
Menurut para ulama, maksud Al-fath di sini adalah Perlanjian HudaibiyahHudaibiyah adalah nama sumur yang terletak di tempat tersebut). Perjanijian Hudaibiyah disebut Al-fath (kemenangan), dengan adanya perjanjian tersebut, kota Mekah ditaklukkan. Ini merupakan majas mursal dengan 'alaaqoh sababiyyah, menyebutkan sebab namun yang dimaksud adalah akibatnya. Imam Az-Zuhri mengatakan, "Belum pernah ada kemenangan yang lebih besar dari Perjanjian Hudaibiyah. Dengan adanya perjanjian damai tersebut, orang-orang musyrik berbaur dengan orang-orang Mukmin dan mendengar perkataan mereka, sehingga Islam meresap ke dalam hati mereka. Hanya dalam tiga tahun, orang-orang memeluk Islam, setelah itu, kaum Muslimin mendatangi Mekah dalam jumlah yang lebih besar dari sebelumnya, mencapai sepuluh ribu orang lalu mereka menaklukkan Mekah."
Di pihak lain, sekelompok ulama berpendapat, "Maksud Al-fath dalam ayat ini adalah fathul Mekah (penaklukan kota Mekah). Allah SWT menjanjikan hal ini kepada Nabi Muhammad saw. melalui berita gembira dariNya untuk Rasulullah saw. dan kaum Mukminin. Imam Zamakhsyari mengatakan,'Yang dimaksudkan adalah fathul Mekah. Surah ini turun saat beliau pulang dari Mekah setelah Perjaniian Hudaibiyah, sebagai sebuah bahwa beliau akan menaklukkan Mekah. Dalam ayat ini, janji tersebut diungkapan dengan fi'il maadlii sebagaimana yang biasa digunakan Allah SWT dalam menyampaikan berbagai informasi-Nya. Sebab, berbagai informasi tersebut bersifat pasti ada dan terjadi. Hal seperti ini mengandung ungkapan yang luar biasa dan petunjuk atas keluhuran Sang Pemberi informasi."
لِّيَغْفِرَ لَكَ اللّٰهُ Al-fath; baik yang dimaksud adalah fathul Mekah atau Perjanjian Hudaibiyyah, bisa menjadi sebab pengampunan dan pahala dari Allah SWT atas dasar bahwa fathul Mekah merupakan jihad melawan musuh. Begitu juga dengan Perjanjian Hudaibiyyah, meskipun di dalamnya tidak terjadi peperangan yang sengit, namun sempat terjadi saling lempar panah dan bebatuan di antara keduanya, atau atas dasar pertimbangan Perjanjian Hudaibiyyah merupakan sebab fathul Mekah. Karena dalam kejadian tersebut ditemukan usaha keras, itulah yang menjadi sebab ampunan dari Allah SWT.
Jika Al-fath tidak dijadikan sebagai sebab untuk ampunan, penyebutan lam di sini, sebagaimana yang dikatakan Imam Zamakhsyari, adalah sebagai sebab untuk empat hal berikut; ampunan, penyempurnaan nikmat, hidayah kepada jalan yang lurus, dan pertolongan yang kuat (maksudnya, mewuiudkan keseluruhan dari hal-hal tersebut). Seakan-akan di sini dikatakan, "Kami memudahkan untukmu penaklukan Mekah atau Hudaibiyah dan Kami menolongmu atas musuhmu supaya Kami himpunkan kemuliaan dunia dan akhirat, serta berbagai tujuan duniawi dan ukhrowi untukmu."
مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ semua kesalahanmu dari berbagai tindakan yang patut ditegur. Karena para nabi terjaga dari dosa besar dan kecil, maksud اَلْذَنْۢبُ di sini adalah melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang lebih utama dan ideal bagi kedudukan para nabi. Maka, ini masuk dalam kategori حَسَنَةُالْاَبْرَارِسَيِّئَةُالْمُقَرَّبِيْنَ (segala perbuatan yang jika dilakukan oleh mereka yang berada dalam tingkatan الْاَبْرَارِ  atau orang-orang yang patuh, itu termasuk kategori perbuatan baik. Namun jika dilakukan oleh mereka yang berada dalam tingkatan الْمُقَرَّبِيْنَ atau orang-orang yang didekatkan kepada Allah SWT itu termasuk kategori perbuatan jelek). Atau, maksudnya adalah sesuatu yang menurut pandangan beliau luhur adalah dosa, meskipun itu bukanlah dosa. Di sini terkandung motivasi kepada umat untuk berjihad.
وَيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ supaya dengan Al-fath tersebut, Allah SWT menyempurnakan nikmatNya kepadamu dengan diluhurkannya agama, menghimpunkan antara kekuasaan dan kenabian serta p enaklukan berbagai negeri وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًاۙ supaya dengan Al-fath tersebut, Allah SWT meneguhkanmu di atas jalan yang lurus; agama Islam, mendakwahkannya dan menegakkan syiar-syiarnya. وَّيَنْصُرَكَ اللّٰهُ نَصْرًا عَزِيْزًا supaya dengan Al-fath tersebut, Allah SWT memberikan kemenangan mulia dan kuat, ia adalah kemenangan yang tidak ada lagi kehinaan setelahnya. Atau, memuliakan orang yang dimenangkan yang tidak setiap orang mendapatkannya. Sehingga, penyifatan seseorang dengan kemenangan agung ini adalah untuk melebihlebihkan.
Sebab Turunnya Ayat
Ayat 1
Imam Hakim dan yang lainnya meriwayatkan dari Al-Miswar bin Makhramah dan Marwan bin Hakam, keduanya berkata, "Surah Al-Fath dari awal hingga akhir; turun di daerah antara Mekah dan Madinah, berkenaan dengan peristiwa Hudaibiyah."
Ayat 2
Imam AhmadImam BukhoriImam MuslimImam At-Tirmidzi, dan Imam Hakim meriwayatkan dari Anas, ia berkata, "Ayat لِّيَغْفِرَ لَكَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ di turunkan kepada Nabi Muhammad saw. saat beliau kembali dari Hudaibiyah. Beliau lalu bersabda, 'Telah diturunkan kepadalat ayat yang kucintai dari apa yang ada di muka bumi,' dan membacakannya kepada para sahabat. Para sahabat berkata, 'Selamat untukmu wahai RasulullahAllah SWT telah menielaskan sesuatu yang diperbuat terhadapmu, lalu apa yang akan diperbuat terhadap kami?' Lalu turunlah ayat yang ke 5 dari surat Al-Fath
لِّيُدْخِلَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَيُكَفِّرَ عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْۗ وَكَانَ ذٰلِكَ عِنْدَ اللّٰهِ فَوْزًا عَظِيْمًاۙ
Agar Dia masukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dan Dia akan menghapus kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang demikian itu menurut Allah suatu keuntungan yang besar,
Ibnu Abbas berkata, "Orang-orang Yahudi merasa senang dengan sesuatu yang dialami oleh Nabi Muhammad saw. dan kaum Muslimin ketika turun ayat, surat Al-Ahqof (46) ayat ke 9
قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِّنَ الرُّسُلِ وَمَآ اَدْرِيْ مَا يُفْعَلُ بِيْ وَلَا بِكُمْۗ اِنْ اَتَّبِعُ اِلَّا مَا يُوْحٰٓى اِلَيَّ وَمَآ اَنَا۠ اِلَّا نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ
Katakanlah (Muhammad), “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadapku dan terhadapmu. Aku hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku hanyalah pemberi peringatan yang menjelaskan.”
Orang-orang Yahudi itu berkata, 'Bagaimana kami mengikuti orang yang tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadap dirinya.'Hal ini pun sangat menganggu beliau, lalu Allah SWT menurunkan ayat,
اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ, لِّيَغْفِرَ لَكَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًاۙ, وَّيَنْصُرَكَ اللهُ نَصْرًا عَزِيْزًا

0 comments:

Posting Komentar